Mencintai Tuhan.

Posted by Sarah Audrey Christie , Rabu, September 03, 2008 22.47

Hari-hari ini saya dipaksa untuk bertanya pada diri sendiri, mengapa seseorang yang awalnya begitu mencintai Tuhan, bisa dengan mudah luntur cintanya. Agar Anda mendapat gambaran yang jelas, tanda-tanda cinta yang luntur itu adalah karakter yang berubah, dari seorang yang begitu rendah hati menjadi seorang yang meng-aku-i diri sendiri. Dari seseorang yang mengutamakan Tuhan dalam segala sesuatu menjadi orang yang menomorduakan Tuhan. Dari seorang yang militan dalam Tuhan menjadi seorang yang bersikap seolah-olah Ia tak memiliki tempat dalam kehidupan. Saya bertanya-tanya. Saya sungguh bertanya-tanya.

Jawaban pertama yang Tuhan taruh dalam hati saya adalah, seperti semua orang bisa jatuh ke dalam selokan yang jelas-jelas ada di pinggir jalan, begitu pula semua orang bisa luntur cintanya kepada Tuhan. Semua orang. Jadi jangan terlalu lama heran melihat kemunduran orang lain, tapi berjaga-jagalah, agar kita tidak ikut-ikutan luntur-cinta terhadap Tuhan. Karena seperti halnya cinta itu menular, luntur-cinta terhadap Tuhan juga menular. Saya pribadi sangat takut jika saya sampai luntur-cinta terhadap Tuhan. Lebih takut daripada Tuhan luntur-cinta terhadap saya. Karena itu kemungkinannya kecil sekali, atau malah tidak mungkin terjadi. Tapi ketika kita luntur-cinta terhadap Tuhan, dalam sekejap, semua karakter yang telah dibangun Tuhan dengan sangat hati-hati bagai membangun sebuah menara kartu yang indah, runtuh dalam satu malam. Percayalah saya sedang melihat hal itu terjadi di sekitar saya. Orang-orang yang hebat itu, yang penuh urapan itu, runtuh, rata dengan tanah. Memang ada tanda-tanda. Fondasi yang mulai goyah, hati yang mulai enggan berjumpa dengan Tuhan, keakuan yang semakin kuat. Tapi jika Anda tidak melihat tanda-tanda itu dan melakukan sesuatu, keruntuhannya akan berlangsung seketika, tidak bertahap, tidak satu persatu, tapi seketika. Persis seperti waktu Tuhan mengangkat penyertaanNya dari Raja Saul. Berdoalah. Waspadalah. Luntur-cinta dapat menyerang siapapun. Virus ganas itu menanti di balik pintu keakuan Anda.

Jawaban kedua yang sangat kuat dalam hati saya adalah sebuah kalimat yang menyingkapkan pengertian, “Butuh iman untuk mencintai seseorang yang tidak dapat kamu lihat.”

Ya! Butuh iman untuk mencintai Tuhan. Mencintai manusia tidak membutuhkan iman. Mencintai sesama hanya butuh saling percaya, saling mendukung, saling peduli, dan saling-saling yang lain. Sementara mencintai lawan jenis, membutuhkan hasrat. Tetapi, mencintai Tuhan, membutuhkan iman.

Charles Swindoll dalam bukunya “ESTER” mengatakan bahwa Tuhan adalah ‘Yang Tak Kelihatan, tapi Yang Tak Terkalahkan’
Butuh iman untuk mempercayai bahwa ‘Pribadi’ yang tidak dapat kita lihat ini sangat mengasihi kita dan sedang melakukan yang terbaik untuk kita. Butuh iman. Iman. Iman. Saya harus mengulangi lagi, IMAN. Karena ketika iman itu hilang, Anda hanya melihat diri Anda sendiri. Saul memulai kesalahannya juga dari kehilangan imannya kepada Tuhan. Lalu Ia melihat diri sendiri; melihat keunggulannya dan menjadi tinggi hati, melihat kelemahannya dan merasa terancam. Anda tahu kelanjutannya. Roh Tuhan meninggalkan Saul. Ia ‘runtuh’.

Iman diterjemahkan sebagai ‘kepercayaan yang sempurna’ kepada Tuhan. Tetapi iman lebih tepat didefinisikan sebagai ‘penyerahan diri yang sempurna’. Anda tidak dapat percaya dengan sempurna kalau Anda tidak menyerahkan diri Anda secara sempurna kepada seseorang. Jadi kalau Anda mencintai Dia dengan penyerahan diri yang sempurna, niscaya, Anda tidak akan pernah luntur-cinta terhadap Tuhan. Sebab dalam penyerahan yang sempurna, Anda juga menyertakan ke-aku-an, kekhawatiran, harga diri, cita-cita, rencana, bahkan hidup Anda, ke dalam tanganNya. Jadi percayalah, jangan kawatir Tuhan tidak lagi mencintai Anda, karena Ia akan selalu mencintai Anda, tapi kawatirlah kalau Anda tidak lagi mencintai Tuhan, karena itu lebih mungkin terjadi, dan itu lebih menyeramkan. Ya, kejatuhan karakter. Itu sangat menyeramkan. •@•

Khawatir?

Posted by Sarah Audrey Christie , Senin, Agustus 25, 2008 03.44

Khawatir, khawatir… Siapa mau khawatir… Kalau dijual, khawatir mungkin jadi jualan paling laris di dunia. Penjualnya selalu pulang dengan tersenyum lebar. Dan keesokan hari, dia akan membawa lebih banyak lagi paket kekhawatiran untuk dijual pada Anda. Entah mengapa, kita selalu membelinya. Lalu kita terintimidasi olehnya, seperti kecanduan yang tak berakhir, sehingga akhirnya kita diperdaya oleh kekhawatiran kita sendiri. Lalu hari berikutnya, kita mendengar satu orang lagi melompat dari puncak gedung tinggi. Persis seperti rokok, kekhawatiran membunuh. Secara literal, dan mental.

Sebenarnya khawatir tidak selalu salah. Khawatir dapat berarti Anda menghormati Allah, karena Anda sadar bahwa Anda adalah manusia biasa yang tidak berdaya. Manusia yang kecil di hadapan Allah. Yang tidak selalu dapat mengatasi semua masalah dan menyelesaikan semua tantangan. Khawatir berarti, kita menyadari keterbatasan kita. Yang salah adalah, membeli kekhawatiran itu dan menyimpannya dalam pikiran kita. Yang kemudian mempengaruhi bagaimana Anda berpikir dan memutuskan sesuatu. Yang salah adalah, kalau kita tidak menyerahkan kekhawatiran kita kepada Tuhan. Yang salah adalah kalau kemudian kita dikendalikan olehnya bukan malah kita yang mengendalikannya. Yang benar seharusnya Anda mengendalikan kekhawatiran, menaklukkannya, lalu membuangnya ke tempat sampah, atau, menyerahkan ke dalam tangan Tuhan dan biar Ia yang membuangnya ke tempat sampah. Yang benar adalah, kalau si pedagang asongan yang licik itu mulai berteriak-teriak menjual sekeranjang penuh kekhawatiran yang ia bawa, Anda melewatinya. Nah yang lebih bagus lagi, adalah waktu melewati dia, Anda melemparinya dengan tomat sampai ia pulang dan tak berjualan lagi di hadapan Anda. Melemparinya dengan tomat? Ya, melawan kekhawatiran Anda dengan Firman! Ini contohnya:

Kalau Anda merasa semua tampak mustahil,
Tuhan bilang, tidak ada yang mustahil.
(Lukas 18:27)

Kalau Anda merasa Anda tidak dapat melakukannya,
Tuhan bilang, Anda bisa bersama Dia.
(Filipi 4:13)

Kalau Anda merasa Anda tidak memiliki kemampuan itu,
Tuhan bilang “Aku yang mampu.” (2 Korintus 9:8)

Kalau Anda merasa tidak ada yang mencintai Anda,
Tuhan bilang “Aku mencintai kamu.”
(Yohanes 3:16, 13:34)

Kalau Anda merasa terlalu lelah,
Tuhan bilang, Aku akan memberimu kelegaan.
(Matius 11:28-30)

Kalau Anda merasa Anda tidak cukup pintar,
Tuhan bilang, “Aku akan memberimu hikmat.”
(1 Korintus 1:30)

Kalau Anda merasa sendiri,
Tuhan bilang, “Aku tidak akan meninggalkan kamu atau melupakan kamu.”
(Ibrani 13:5)

Kalau Anda merasa tidak termaafkan,
Tuhan bilang, “Aku sudah mengampunimu.”
(1 Yohanes 1:9, Roma 8:1)

Nah, Anda mengerti kan sekarang? Jangan beli kekhawatiran dari si pedagang yang licik itu. Serang dia dengan Firman sampai dia benar-benar pergi dari kehidupan Anda. Dan tak kembali lagi selamanya.

Bible is not Bantal

Posted by Sarah Audrey Christie 03.27

Jadi begini ceritanya, sebelum Anda mulai bertanya-tanya ada apa antara bible dan bantal, ada penjelasan di baliknya. Mulai hari ini 'Women of Heaven' ingin menyajikan serial perenungan bertajuk 'Bible is...' atau 'Bible is not...'. Nah di 'Bible is/ is not' ini Bible/ Alkitab dibandingkan dengan segala sesuatu yang ada dalam kehidupan sehari-hari kita, baik itu tentang fungsi ataupun manfaatnya. Obrolan ini ringan-ringan saja, tapi bisa jadi bermanfaat untuk mengingatkan kealpaan manusia. Tujuannya agar dari perbandingan itu kita bisa belajar bagimana menerapkan dan memperlakukan Alkitab dalam kehidupan kita. Dan dari sana, kita dapat menyadari betapa pentingnya Alkitab, dan membaca Alkitab setiap saat, bagi kehidupan kita.

Kali ini, mari kita bahas hubungan yang sangat jauh sekali antara Bible dan Bantal. Meskipun diawali dengan huruf yang sama, tapi fungsinya jauh berbeda. Tetapi entah mengapa, mereka terkadang menjalankan profesi bersama. Yah maksudnya, ada juga orang yang enjoy menjadikan Bible sebagai bantal.... Untungnya tidak ada orang yang menjadikan bantal sebagai bible. Bisa gawat nanti. Bible/ Alkitab memang mendatangkan kedamaian, tapi bukan berarti bisa jadi alas tidur. Bisa juga mengembalikan kekuatan dan sukacita, tapi kalo cuma di letakkan di ujung rak buku sampai berdebu atau dibawah bantal (atau lebih parahnya, jadi bantal) untuk mendatangkan keberuntungan, rasa-rasanya peri gigi pun tak akan datang. (ingat kepercayaan meletakkan gigi yang copot di bawah bantal??)

Intinya, bible tidak akan berguna kalau tidak dibaca. Firman Allah memang berkuasa, tapi kitab yang menampungnya hanya akan menjadi buku biasa kalau Anda tidak membacanya. Jangan jadikan bible Anda alas tidur, maksudnya, jangan menjadikannya sesuatu yang tidak berharga dan melupakannya setiap kali Anda bangun dari tidur. Atau mungkin sekarang Alkitab Anda sedang meringkuk sendirian di pojok rak buku sambil berdebu... Ia menggigil kedinginan, sedih, karena Anda tidak pernah mengambilnya, membukanya, bahkan membaca Firman di dalamnya? Sampai-sampai ia minder karena setumpuk buku politik atau komik lebih populer di mata yang empunya? Ck ck ck....
Jika itu tengah terjadi saat ini, wahai saudara-saudari, bertobatlah. Karena hanya dengan membaca Firman, umatNya dipulihkan dan kuasa Allah dinyatakan. Hanya melalui FirmanNya, Anda dapat mengenal Dia lebih dalam dan mengetahui rencana-rencanaNya yang besar dalam hidup Anda. Tapi kalau Anda hanya menjadikannya bantal, untuk tidur di atasnya dan melupakan segera setelah bangun, hidup Anda pun akan seperti bantal, terlalu lunak dan lemah.

Jadi, lihatlah Alkitab Anda hari ini dengan pandangan yang penuh arti, serta ingatlah untuk membacanya, menurut kesadaran Anda sendiri, agar Anda diisi dengan Firman, bukan debu-debu jalanan. Sehingga Anda dipulihkan, dikuatkan, dan mendapat kemenangan.

Ada satu hal yang kita boleh belajar dari kita dan bantal. Kita selalu tidur di atas bantal, setiap hari, berjam-jam lamanya, tanpa terpaksa, tanpa dipaksa, bahkan terkadang kita merindukannya dengan sangat, sampai ingin memeluknya, mencium baunya, dan pergi tidur. Tidakkah Anda bisa merindukan Firman Allah lebih dari pada bantal?

Nenek Miskin yang Pintar.

Posted by Sarah Audrey Christie , Rabu, Agustus 20, 2008 06.33

Aku bertemu dengan seorang nenek pengemis yang sangat tua tadi pagi. Begitu tua hingga aku tak dapat menghitung berapa banyak garis kerutan di wajahnya. Ia jalan terbungkuk seakan tulang belakangnya sudah layu. Sekilas aku teringat sebuah iklan televisi. Lalu pikiranku kembali dari khayalan. Kembali kepada nenek tua itu. Sisi melankolisku tak tertahankan. Seperti bayi yang ingin keluar dari kandungan. Aku ingin memberikannya sedekah untuk kebahagiaan. Tapi ketika aku membuka pagar rumah tempat tinggalku demi menyampaikan niat baikku, ia menerobos masuk dan melalui badanku sambil berkata: "Aaah, mobil-mobilnya udah pada nggak ada semua ya..." sambil setengah melirik sedekah yang kuberikan. Astaga, nenek-nenek pun kalau mengemis pilih-pilih. Kalau yang bawa mobil pasti sedekahnya besar, begitu mungkin siasat nenek itu. Luar biasa, ilmu bisnis dan marketing memang mendunia. Pemikiran tentang target audience penting bagi nenek pengemis ini. Memilih orang yang tepat untuk dimintai uang. Mereka yang membawa mobil mendapat senyuman ramah dan mata memelas. Mereka yang berjalan kaki ia tak peduli. Uang seribu di tanganku langsung layu. Kehilangan semangat. Dan niat baik.

Anugerah itu Gratis!

Posted by Sarah Audrey Christie 01.31


"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti
perisai." Mazmur 5:13

Baru-baru ini seorang teman mengirim kepada saya email massal yang berbunyi kira-kira seperti ini: “Kirimkanlah ke 10 orang atau lebih dan sesuatu yang luar biasa akan terjadi dalam hidupmu.” Atau “Kirimkanlah ke 10 orang atau lebih dan kamu akan menerima berkat dari Tuhan.”

Entah mengapa, saya begitu jengkel menanggapinya. Pertanyaan yang berkecamuk dalam diri saya selalu, “Terus kalau kita tidak mengirimkan email ini ke 10 orang atau lebih, berarti kita tidak diberkati begitu?” Wah, bagaimana dengan orang-orang yang belum punya email? atau belum punya komputer malah? Bagaimana dengan mereka?

Selama beberapa waktu saya tidak dapat menemukan alasan mengapa saya begitu tidak setuju dengan aktivitas kirim-mengirim email ini. Masalahnya adalah, saya tidak suka. Tapi mengapa saya tidak suka. Saya tidak tahu. Persis seperti mengapa saya tidak suka cokelat batang dan burger. Saya tidak dapat mengatakan alasannya. Saya tidak dapat mengatakan “karena burger itu bundar” karena memang bukan itu alasannya. Saya hanya tidak dapat merasakan lezatnya daging berbalut roti bundar khas Amerika itu. Entah mengapa. Satu-satunya burger yang dapat saya nikmati adalah burger smoked beef Arbys, dan mereka telah pergi dari negeri ini. Terpangkas oleh persaingan pasar yang kejam.

Jadi masalah email itu. Hingga berminggu-minggu saya tidak dapat menemukan jawaban kegundahan saya. “Mengapa hal ini terasa begitu tidak benar?” Sampai suatu hari, saya membaca tentang Naaman, seorang panglima yang kustanya ditahirkan. Kisah lengkapnya ada di dalam 2 Raja Raja 5:1-19

Naaman adalah panglima Raja Aram yang terhormat dan disayangi, juga seorang pahlawan perang. Kalau di sini mungkin, ia adalah seorang Jenderal Sudirman. Sayangnya, Naaman yang terhormat ini sakit kusta. Penyakit yang sangat memalukan pada saat itu. Untungnya istri Naaman punya pelayan seorang gadis Israel yang memberitahu istrinya tentang Elisa, nabi Allah di Samaria yang diyakini dapat menyembuhkan tuannya.

Percaya dengan iman pelayannya dan karena putus harapan, Naaman berangkat ke negeri Samaria untuk menemui Elisa, sambil membawa persembahan berupa sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas, dan sepuluh potong pakaian. Saya lupa pastinya, tapi yang pasti, jika dikurskan ke masa kini, persembahan itu bernilai milyaran dolar.

Sesampainya di depan pintu rumah Elisa, tidak ada sambutan yang kehormatan terhadap pahlawan perang ini, padahal jauh-jauh ia sudah berkelana. Hanya seorang suruhan yang celingukan sambil mengeluarkan kepalanya dari balik pintu sambil mengatakan “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.”

Ingin marah, tapi juga ingin sembuh. Itulah isi hati Naaman. Untungnya, meski dilanda amarah karena merasa kehormatannya dinodai oleh Elisa, Naaman lebih ingin sembuh, sehingga ia memutuskan untuk menuruti nasihat yang aneh itu. Singkat cerita, ia sembuh dari penyakit kustanya dan dapat kembali tampil percaya diri di depan semua orang.

Merasa berhutang budi pada Elisa, Naaman kembali ke rumah Elisa demi mempersembahkan milyaran dolar yang dibawanya. Elisa menolak dan mengatakan “Demi Tuhan yang hidup, yang di hadapanNya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa.” Elisa, nabi Allah itu menolak mentah-mentah kekayaan yang dapat menjamin segenap kehidupannya. Mungkin kalau saja ia menerima persembahan Naaman, ia tak perlu lagi mengharapkan mujizat setiap hari. Makanan dan minuman pasti berlimpah. Dan beberapa milyar bisa dipakai untuk beli sawah (itu kalau di Indonesia) atau franchise restoran terkenal (kalau jaman sekarang). Tapi Elisa tidak menerimanya. Mengapa? Karena Tuhan sendiri ingin memastikan agar Naaman tahu bahwa kesembuhannya itu GRATIS. Tidak dapat dibayar oleh uang bermilyar-milyar sekalipun. Tidak dapat ditukar dengan kebaikan kita. Tidak dapat dibeli. Karena GRATIS!

Saya mulai mengerti mengapa hal kirim mengirim email massal itu terasa tidak benar. Karena seperti Naaman, dengan mengirim email sebanyak-banyaknya kita berusaha membeli berkat dan anugerah Tuhan dengan sejumlah kebaikan kita, sejumlah usaha, yang kita anggap halal. Kalau caranya seperti itu, Sorga adalah MLM mungkin. Besarnya berkat berdasarkan jumlah downline. Untung saja, Sorga tidak menganut paham Multi Level Marketing. Tidak. Jangan. Atau kita tidak akan pernah mencapai targetnya.

Anugerah Tuhan itu GRATIS! Anda tidak dapat membelinya. Bahkan berkat dan perlindunganNya sudah dilabel ‘tidak dijual’. Tulisan Charles Swindoll berikut ini, mungkin dapat menegaskan pengertian ini.

INJIL LAIN
oleh: Charles Swindoll

Galatia 1:6-7
“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.”

Adalah “Injil lain” yang mengatakan keselamatan itu tidak hanya bekerja karena iman saja. Tapi pencapaian manusia juga harus menyertai iman sebelum Anda boleh yakin bahwa Anda diselamatkan. Kita terus menerus mendengar injil ‘lain’ itu bergaung hingga hari ini dan ini adalah suatu kebohongan. (Catatan: Oprah dan ajaran New Age-nya termasuk dalam kebohongan ini. Mereka mengatakan keselamatan kita berasal dari kita sendiri. Sungguh sangat disesalkan pernyataan ini). Teologi yang mendasarkan keselamatan pada satu ons saja kebaikan dan usaha manusia bukanlah berita baik; Ini adalah informasi yang salah. Ini adalah ajaran yang sesat.

Keselamatan yang bermula dengan Tuhan menggapai umat manusia yang terhilang dan diwujudkan oleh kematian Kristus dan kebangkitanNya berakhir dengan segala pujian bagi Tuhan. Tetapi keselamatan yang melibatkan pencapaian manusia, kerja keras, upaya-upaya pribadi, bahkan niat-niat religius membengkokkan “kabar baik” itu karena jadinya manusia yang dimuliakan, bukan Tuhan. Masalahnya adalah, itu tampak ‘masuk akal’. Tapi lihatlah dua kali reaksi keras Paulus terhadap mereka yang memperkenalkan ajaran yang sesat itu, “Terkutuklah ia!” Terjemahan aslinya adalah Anathema! Ini merupakan satu kata paling kuat dalam bahasa Yunani yang dipakai untuk mengutuk atau menuduh seseorang.

Sayangnya, ajaran-ajaran sesat itu terus berjalan. Sebagian besar dari ajaran-ajaran itu adalah ajaran-ajaran yang mengatakan keselamatan dapat Anda peroleh melalui usaha manusia. Melalui hal-hal yang masuk akal, yang tidak mustahil untuk kita lakukan. Ajaran-ajaran itu mengatakan, jika Anda dapat berdiri cukup lama di ujung jalan dan mengajarkan kebenaran, jika Anda mau mengorbankan sebagian besar dari kehidupan Anda, kalau Anda mau dibaptis, kalau Anda mau menyumbangkan uang Anda, kalau Anda mau berdoa dan menghadiri pertemuan-pertemuan, maka perbuatan baik dan kerja keras Anda akan memnyebabkan Tuhan tersenyum kepada Anda (versi saya: membuat Tuhan merasa berhutang kepada Anda, dan membuatnya merasa Ia wajib membayarnya kembali.). Lebih hebat lagi, pada hari penghakiman ketika kebaikan Anda itu ditimbang beratnya dan dibandingkan dengan kecilnya keburukan Anda, maka Anda dinyatakan ‘layak’ mendapatkan kasih karuniaNya. Hasil dari semua ini, saya katakana lagi, adalah kemuliaan bagi manusia, karena kesannya Anda turut berusaha untuk mendapatkan keselamatan Anda.

Kasih Karunia mengatakan Anda tidak perlu memberikan apa-apa, tidak harus melakukan apa-apa, tidak harus membayar apa-apa. Anda tidak akan bisa sekalipun Anda mencoba! Keselamatan adalah pemberian yang gratis! Anda cukup berpegangan pada apa yang telah disediakan dan diajarkan Yesus. Titik. Meskipun, ajaran-ajaran yang tidak benar itu juga akan tetap berkeliaran di seluruh dunia dan akan selalu demikian. Ajaran itu begitu efektif karena harga diri manusia itu tinggi sekali. Kita selalu merasa harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu, atau untuk dibenarkan. Tidak masuk akal dan kesannya tidak sopan saja kalau kita mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dengan cuma-cuma.

Ijinkanlah saya untuk bersikap tegas terhadap Anda. Berhentilah mentoleransi ajaran-ajaran sesat itu! Itu hanyalah legalisasi tindakan Anda. Sadarlah bahwa itu hanya akan membuat Anda terjebak dalam suatu ikatan yang tak pernah berakhir. Injil yang benar tentang ‘anugerah’, di lain pihak, akan membebaskan Anda. Bebas selamanya.

Dari buku: The Grace Awakening – The Freedom of Grace oleh Charles Swindoll

Benar-benar sebuah pernyataan yang sangat kuat! Saya bahkan menyarankan Anda untuk membeli buku Charles Swindoll yang berjudul the Grace Awakening ini, sehingga kita tidak lagi salah paham tentang anugerah Allah. Karena mengirimkan email-email massal yang menjamin pertambahan berkat itu menunjukkan kurangnya pemahaman kita tentang ‘anugerah’, yang sekali lagi, sama sekali tidak menganut paham Multi Level Marketing.

Lalu apa yang harus Anda lakukan? Pertanyaan yang tepat. Yang bisa Anda lakukan adalah bersyukur, dan setia kepada apa yang telah Ia berikan kepada kita, kasih, anugerah, kepercayaan, kebaikan, perlindungan, kuasa, pilihan, hidup, waktu, tubuh, kepandaian, pengetahuan, hikmat. Setia, dan berjanjilah, untuk menjalani semuanya demi kemuliaan nama Tuhan. Bukan demi Anda sendiri.

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Matius 6:33

Tidak Ada Orang Jahat.

Posted by Sarah Audrey Christie , Selasa, Agustus 19, 2008 21.52

Tidak ada orang jahat. Itulah yang selalu saya katakan pada diri saya sendiri. Yang ada adalah orang yang mementingkan kepentingannya sendiri. Sehingga sebagai hasilnya, ia merugikan atau menyakiti orang lain. Kebanyakan orang yang telah menyakiti orang lain mengatakan “Saya tidak bermaksud demikian”, atau “Saya tidak tahu kalau itu telah menyakiti kamu, maafkan saya”. Mereka tidak tahu. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan keras-keras “Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Karena ‘mereka’ memang tidak tahu.

Saya telah mempelajari manusia dan tindakannya selama saya bisa mengamati diri saya sendiri dan orang lain, dan inilah yang saya temukan. Manusia akan merugikan orang lain tepat saat ia menempatkan kepentingannya di atas kepentingan orang lain. Ketika kita menyelamatkan kepentingan kita sendiri, tanpa sadar kita sudah merugikan orang lain. Percayalah. Anda boleh mencoba. Meskipun saya tidak menyarankannya.

Baru-baru ini saya dirugikan orang lain. Hal ini membuat saya sangat marah terlebih karena mereka tidak menyadari bahwa mereka telah merugikan saya. Tapi cukup lama setelah saya kesulitan untuk mengontrol kemarahan saya (saya benar-benar marah saat itu, saya harus mengakuinya), tiba-tiba Tuhan mengingatkan saya akan hal ini.

Pendeta Timotius Arifin selalu mengatakan, JOY (sukacita) akan datang dengan sendirinya jika urutan prioritas kita benar, yaitu Jesus, Others, You. Yesus yang pertama, orang lain yang kedua, dan diri sendiri yang terakhir. Pastikan diri Anda selalu berada di urutan terakhir, atau anda akan mengubah JOY menjadi JYO, OYJ atau YOJ. dan percayalah, itu tidak berarti ‘sukacita’.

Saya suka memberi saran.
Pertama, saran saya, sebelum melakukan sesuatu yang membela kepentingan Anda, pikirkanlah, apakah Anda akan merugikan orang lain atau tidak dengan tindakan Anda itu. Mungkin jika Anda tahu Anda akan merugikan orang lain, Anda dapat mencegah hal itu terjadi.

Kedua, jika yang sebaliknya terjadi, Anda yang dirugikan atau disakiti oleh orang lain, ingatlah satu dua hal ini: Orang itu tidak bermaksud menyakiti Anda, dia melakukannya tanpa sadar. Dan katakan, “Bapa, Ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Ini sangat membantu untuk meredakan amarah.

Setelah saya kesulitan menahan amarah dan hampir-hampir kehilangan kontrol diri saya, saya tiba-tiba reda setelah Tuhan mengingatkan hal ini kepada saya. Yang tersisa hanyalah perasaan konyol atas kemarahan yang tidak perlu yang telah menguasai saya berjam-jam sebelumnya, dan membuat saya merugikan diri saya sendiri. (Ya, kemarahan yang berlarut-larut adalah hal yang Anda lakukan sendiri dan merugikan diri sendiri, jadi menghindarinya mungkin akan menjadi pilihan yang mendatangkan sukacita... Itu berarti saran ketiga ya?).

Review Buku "KALA WANITA PERCAYA" Dari Seorang Teman

Posted by Sarah Audrey Christie , Minggu, Agustus 10, 2008 20.06


Ini sebuah review menarik tentang "Kala Wanita Percaya" dari seorang teman yang sangat saya kagumi:

Perjalanan hidup seseorang menurut saya adalah selalu menarik untuk disimak. Kita cuman bisa menjalani satu versi timeline kehidupan, dan dengan waktu yang berjalan kian cepat, belajar dari hidup yang kita alami sendiri kadang terasa begitu menguras waktu tersebut. Ini sebabnya saya selalu tertarik untuk belajar dari cerita hidup orang lain untuk paling tidak, bisa sedikit menambah dari sedikitnya hal2 yang harus saya alami sendiri.

Di lain pihak, mengungkapkan sebuah cerita hidup sendiri juga bukan merupakan sebuah hal yang mudah, apalagi jika cerita itu sedemikian berlikunya. Bercerita tentang kehidupan berantakan yang dialami adalah sebuah hal yang berat. Mengeluarkannya dari kepala dan mengubahnya menjadi tulisan adalah perjuangan, dan menerima reaksi dari pengeluaran itu, bahkan bila itu berupa hal positif seperti dorongan inspiratif, atau sekedar tepuk ringan di punggung, akan terasa begitu menyesakkan dada karena haru dan kadang membuat sumber air dimata tidak dapat menahan daya gravitasi alam.

Buku ini tentu saja bercerita tentang itu semua. Tentang 12 tahun perjuangan Audrey berjuang di tengah konflik keluarganya. Bagaimana Audrey dalam usia belasan tahun menjadi saksi dimulainya konflik ini, harus tetap menjalani masa2 remaja dengan penuh penolakan, berjuang menghadapi kehilangan sang Oma, satu dari dua wanita berpengaruh dalam hidupnya, harus terus menghadapi kerasnya sang Papa dalam segala hal, bahkan dalam satu fase terpenting dalam perkembangan sang anak, yaitu pendidikannya, dan tentu saja saat harus mengikuti roller coaster menyesakkan bersama wanita terdekatnya saat ini, sang Mama.

Audrey menyajikan semua hal itu dengan jalinan sentral dari hubungan 3 wanita beda generasi di keluarganya, Audrey, sang Mama, dan Omanya. Bagaimana perjuangan Oma untuk mendidik dengan cara memberi contoh langsung kepada kedua generasi wanita dibawahnya, sang anak dan cucunya ini untuk tak berhenti berjuang dan percaya, di tengah segala keruwetan yang dipicu oleh sang Papa, dan diwarnai dengan kondisi Oma sendiri yang telah berumur, juga kondisi Mama dengan begitu banyak penyakit dalam yang menderanya.

Namun serangkaian tanda kekuasaan sang Pencipta telah mampu membuat Audrey dan sang Mama tetap bertahan dan terus bangkit, yang pada akhirnya semua itu membuat kehidupan Audrey dan keluarganya semakin membaik. Dan 12 tahun dalam ombang ambing kerasnya kehidupan tentulah menjadi sebuah cerita hidup yang sungguh mampu memberikan banyak pelajaran dan mengangkat motivasi banyak orang yang mau membaca dan mendengarkannya. Audrey juga mampu menyajikan ceritanya dengan sederhana namun tetap bermakna dalam. 140 halaman buku kecil adalah ukuran yang reliable untuk masyarakat di sebuah negara dengan minat baca yang tidak terlalu tinggi. Ukurang tersebut juga sangat memungkinkan untuk dibaca berulang2 sesuai dengan pesannya sebagai sebuah cerita inspiratif bagi pembacanya.

So.
Audrey are my dearest friend...,
dan oleh sebab itulah meskipun fakta bahwa Audrey menulis sebuah buku bernafaskan keTuhanan Kristiani sesuai keyakinannnya tidaklah menghalagi saya untuk beli (yes..., aku beli loh..:P) dan baca bukunya..
dan saya begitu bangga dengan temen saya yang satu ini sekaligus ngiri karena dah bisa buat buku sementara saya cuman bisa ngereview doang..^_^
dan saya juga pengen minta maaf dengan tulus kalo saya pernah "berani-beraninya" ngasih nasehat yang mungkin gak mengena..
apa yang saya alami sepanjang hidup tidaklah sampe secuil dari apa yang kamu alami, so how dare me lecturing you how to live...
keep up the good work and the good life sis, dan buku berikutnya tak tungguin yah..~__^

Taken from:
http://zzet.multiply.com/reviews/item/46

Reasonable Doubt.

Posted by Sarah Audrey Christie , Senin, Juli 07, 2008 01.15

Aku sedang tergila-gila pada sebuah serial televisi yang mengisahkan pengacara-pengacara paling top di Amerika, dan bagaimana skenario pembelaan yang mereka luncurkan demi menyelamatkan nama baik pihak-pihak tertentu. Salah satu skenario pembelaan yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah reasonable doubt atau keragu-raguan yang beralasan. Kalau kamu tidak punya bukti yang cukup, tidak punya saksi yang dapat dipertanggungjawabkan kesaksiannya, maka kamu tidak dapat menjatuhkan hukuman pada seseorang, betapa pun ia tampak bersalah. Sesederhana itu.

Lalu Tuhan mengingatkan aku, bagaimana hal ini juga berlaku dalam kehidupan. Tak terhitung panjangnya dan lebarnya dan banyaknya kita mudah berprasangka terhadap seseorang, hanya karena apa yang kelihatan dari luar atau berdasarkan opini mayoritas. Kalau yang lain begitu, yang ini pasti begitu. Begitulah pikiranmu mulai membangun penilaian-penilaian buruk terhadap orang lain, tanpa kamu punya bukti yang cukup, atau tanpa lebih duu mencoba untuk mengenal mereka lebih dalam. Guru sejarahmu seorang wanita setengah baya yang tidak bersuami, pasti galak. Nadia bertubuh pendek, pasti menjengkelkan. David berasal dari kota A, pasti pelit. Dina anak konglomerat, pasti sombong.

Pada akhirnya, seringkali pula terjadi, kamu salah. Ternyata Dina baik banget, boro-boro sombong, ia malah suka menolong. David malah suka traktir makan di kantin. Dan Guru Sejarah yang kamu takuti itu ternyata seorang wanita yang lemah lembut dan perhatian. Tapi pada saat itu, kamu sudah terlanjur menghakimi mereka dengan sikapmu yang tidak ramah dan cenderung menjauh. Pada saat kamu tahu kalau segenap prasangkamu itu salah, kamu sudah tidak punya kesempatan untuk berteman dengan mereka, karena mereka juga sudah balik berprasangka terhadap kamu. Prasangka menimbulkan prasangka. Kamu terlambat.

Jadi mengapa harus berprasangka kalau itu merugikan kamu nantinya? Semakin banyak kamu berprasangka semakin sedikit temanmu. Semakin banyak kamu berpikir positif tentang orang lain, semakin banyak orang akan berpikir positif tentang kamu. Lagipula, penghakiman itu hak mutlak Tuhan kan. Biarkan Tuhan melakukan bagianNya, sementara kamu lakukan bagianmu: tidak berprasangka, lebih baik lagi, berpikir positif tentang orang lain, mulai sekarang. Ya, mulai sekarang, setiap muncul prasangka terhadap orang lain dalam pikiranmu, ingat-ingat, kamu tidak pernah punya bukti yang cukup, kamu tidak mungkin punya saksi yang dapat dipertanggungjawabkan, reasonable doubt. Selalu ada alasan untuk meragukan prasangkamu.

Review Buku "KALA WANITA PERCAYA"

Posted by Sarah Audrey Christie , Rabu, Juli 02, 2008 00.38


Tentang Audrey:
Sarah Audrey Christie adalah lulusan Fakultas Desain Komunikasi Visual, Universitas Kristen Petra. Dia pernah memperoleh beberapa penghargaan, di antaranya: Juara pertama Inovasi Problem Kota dari Jawa Pos-IM3, Golden Purnawidya, dan Purnawidya Utama dari Universitas Kristen Petra. Selain sebagai Penulis dan Graphic Designer, Audrey juga bekerja sebagai penulis iklan (copywriter) untuk berbagai perusahaan periklanan (advertising) di Indonesia. Saat ini Audrey bekerja di TVN - Televisi Nusantara, Jakarta)

Tentang buku ini:
"Buku ini adalah sebuah pengharapan di tengah tidak adanya pengharapan. Seperti segelas air dingin yang sejuk bagi jiwa yang dahaga di padang gersang. Di tengah penolakan, penelantaran, penghinaan, pelecehan, dan ketidakpedulian, KRISTUS di dalam Audrey Christie, oma, dan mamanya menyanyikan lagu kemenangan, dan bukan ratapan. Sebagai Gembala dan pembina rohani mereka, saya percaya buku ini akan menjadi inspirasi dan kekuatan buat banyak wanita di tiga generasi. Bangkit!!!"
Pdt. Timotius Arifin Tedjasukmana - Gembala Senior GBI R.O.C.K.

"Meskipun buku ini lebih ditujukan untuk wanita, tetapi ketika saya membaca buku ini, saya sangat terinspirasi sekaligus terkagum-kagum. Audrey menuliskan kisah hidup pribadi dan keluarganya dengan sangat tajam dan menyentak! Saya rasa buku ini harus dibaca oleh siapapun, khususnya untuk setiap wanita yang ingin disentuh dan tenggelam dalam 'kekuatan yang mulia'."
'Josua' Iwan Wahyudi - Penulis, Trainer, Graphic Desainer, dan Host www.getyourwisdom.com

"Matahari selalu bersinar di balik awan yang kelam. Buku ini membuat Anda menangis dan bersyukur di saat bersamaan. Buku ini akan memberkati Anda, terutama para wanita. Woman, you are blessed and precious."
Maya Uniputty - Worship Leader

"Buku ini akan membuat Anda melihat keajaiban Tuhan. Di mana Tuhan dapat mengubah seseorang dari nothing menjadi something."
Eka Deli - Artis/ Penyanyi, Worship Leader

Telah Terbit: "KALA WANITA PERCAYA"

Posted by Sarah Audrey Christie , Senin, Juni 30, 2008 21.10


Apa yang terjadi jika seorang wanita benar-benar percaya?

Wanita dianugerahi Tuhan dengan potensi mujizat yang sangat besar -kekuatan yang mulia- sebuah potensi di mana melalui wanita-wanita, mujizat Allah terjadi dengan limpah. Masalahnya sekarang, wanita tak mudah menyadari -apalagi mempercayai- potensi tersebut karena keras kehidupan yang dialaminya. Seringkali tantangan dan tekanan membuat kita lebih percaya pada keterbatasan, daripada keajaiban. Tapi buku ini menceritakan sebaliknya. Bagaimana Tuhan mengajar 3 wanita -dari 3 jaman yang berbeda- untuk mempercayai Dia, bahwa Dia berkuasa dan kuasanya tak lekang oleh waktu dan peristiwa, bahwa sejak dulu, sekarang, hingga selamanya Ia tetap berkuasa melakukan apa yang tidak mampu dilakukan manusia. Dia berkuasa dan mujizatNya tetap nyata, meskipun dunia tidak menerima kita. Dan ketika kita benar-benar percaya, mujizat itu pasti terjadi dengan sendirinya!

Temukan dalam buku ini kisah nyata bagaimana mujizat-mujizat itu terjadi. Bagaimana Oma yang telah berusia 80-an tahun sembuh dari patah tulang siku tanpa disentuh pisau bedah, bagaimana Mama yang bahkan sempat divonis mati karena 7 macam penyakit sekaligus, sembuh total secara luar biasa. Bagaimana Sarah, yang dipersulit uang kuliah oleh sang Papa akhirnya lulus dengan nilai tugas akhir terbaik. Bagaimana sebuah kehancuran berubah menjadi kemuliaan, hanya karena kita percaya.

Semoga buku ini dapat memberkati Anda dan keluarga. Dan semoga semua wanita kembali mengenali potensi mujizat yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya.

Kalau Anda sedang tertekan, buku ini dapat membantu Anda menemukan kebebasan.

Kalau Anda sedang kurang percaya, buku ini dapat menuntun Anda untuk kembali menemukan iman.

Kalau Anda sedang putus asa, buku ini dapat membantu Anda untuk bangkit lagi.

Kalau Anda adalah seorang wanita, buku ini mengerti pergumulan Anda, dan dapat membantu Anda menemukan kembali impian-impian Anda yang terhilang, serta tidak melepasnya lagi.

Harga : Rp 24.000

Dapat dibeli di toko-toko buku pada umumnya.

Atau untuk pesan langsung (bebas biaya kirim) hubungi:
artfreax@yahoo.co.id atau YM: audrey_christie_aw@yahoo.com atau 0817334077

Impian Martin

Posted by Sarah Audrey Christie , Selasa, Juni 24, 2008 01.25

Impian, benar-benar sebuah media penyambung antara apa yang belum kita lihat dan apa yang ada di depan mata. Mimpi bergerak bersama-sama dengan iman. Mimpi membuat kita bertahan. Impian masa depan menambah kekuatan iman. Iman memampukan kita bertahan, meski terkadang, apa yang kita lihat, yang berlabel ‘kenyataan’, sungguh masih jauh dari apa yang kita lihat dalam hati dan pikiran. Tetapi impian juga telah membuat satu orang, bersama Tuhan, memutuskan untuk melakukan perubahan. Perubahan yang dulu cuma sekedar harapan tak terucapkan, kini ia selipkan dalam sebuah pidato pada kaum yang dipimpinnya. Impian itu sangat besar, begitu besarnya hingga hampir mustahil untuk dilakukan. Tapi toh, ia tak berhenti bermimpi, hingga akhirnya ia harus mati untuk membela impiannya. Orang itu adalah Martin Luther King Jr., dan ini adalah sepenggal pidatonya yang terkenal, I Have A Dream (Aku punya sebuah impian):

“…Kukatakan hari ini, sahabat-sahabatku, bahwa meskipun kita menghadapi berbagai kesulitan hari ini dan esok, aku masih punya impian. Ini adalah sebuah impian yang telah berakar dalam impian Amerika.

Aku punya sebuah impian bahwa suatu hari bangsa ini akan bangkit dan menghidupi makna sesungguhnya dari pernyataan: “Kami memegang kebenaran-kebenaran ini agar jelas bahwa semua manusia diciptakan sama.”

Aku punya sebuah impian bahwa suatu hari nanti di atas bukit merah Georgia, anak-anak dari mantan budak dan anak-anak dari mantan pemilik budak-budak akan bisa duduk bersama pada meja persaudaraan.

Aku punya sebuah impian bahwa suatu hari nanti bahkan Negara bagian Mississippi, Negara yang mendidih dengan panasnya ketidakadilan dan tirani, akan bertransformasi menjadi oasis kemerdekaan dan keadilan.

Aku punya sebuah impian bahwa empat anak-anakku akan suatu hari nanti hidup dalam suatu bangsa di mana mereka tidak akan dinilai berdasarkan warna kulit tapi oleh kualitas karakternya.

Aku punya sebuah impian hari ini.

Aku punya sebuah impian bahwa suatu hari ini, di Alabama sana, dengan sifat rasisnya yang kejam, dengan gubernurnya yang biasa dengan interposisi dan pembatalan undang-undang, suatu hari nanti tepat di Alabama, anak-anak kulit hitam perempuan dan laki-laki akan bergandengan tangan dengan anak-anak kulit putih laki-laki dan perempuan seperti layaknya saudara.

Aku punya sebuah impian hari ini.

Aku punya sebuah impian bahwa suatu hari nanti setiap lembah akan ditinggikan, setiap gunung akan ditundukkan, tanah yang bergelombang akan diratakan, yang berliku diluruskan, dan kemuliaan Tuhan akan dinyatakan, dan semua yang hidup akan menyaksikannya bersama.”

Impiannya, hari ini, telah menjadi kenyataan.

Terkadang Anda berhenti bermimpi, karena Anda tak percaya, atau karena Anda terlalu lelah untuk mempercayainya. Tapi ketahuilah, jarang ada impian yang tidak menjadi kenyataan kalau ia benar-benar dipelihara dengan iman dan perbuatan. Ya, ada perjuangan, ada pengorbanan, ada kesusahan, ada kesedihan, ada tangisan, ada keragu-raguan, ada kesendirian, ada keputusasaan yang harus kita tempuh dalam perjalanan menuju impian-impian kita, tapi kalau impian itu cukup besar, cukup mulia, cukup menakjubkan, maka impian itu cukup
berharga untuk dipertahankan, karena seperti kata Martin Luther King Jr., suatu hari nanti, dreams do come true.

"Jalankan terus gerakan ini. Gulirkan terus gerakan ini. Terlepas dari semua kesulitan yang harus dihadapi, dan kita akan menghadapi kesulitan lain lagi. Datanglah terus. Bergeraklah terus. Jika engkau tak bisa terbang, berlarilah. Jika engkau tak bisa berlari, berjalanlah. Jika tak mampu berjalan, merangkaklah. Yang penting, dengan segala cara, teruslah bergerak."

Richard Carlson

Posted by Sarah Audrey Christie , Minggu, Juni 15, 2008 20.31

Stephen Levine, penulis terkenal, pernah menulis sebuah kutipan yang akhirnya menjadi populer:
“Kalau Anda mempunyai satu jam untuk hidup dan hanya dapat membuat satu panggilan telepon, siapa yang akan Anda telepon, apa yang akan Anda katakan, dan mengapa Anda menunggu saat seperti itu untuk mengatakannya?”

Richard Carlson, penulis seri terlaris “Don’t Sweat The Small Stuff” itu, tanpa kita ketahui, telah meninggal secara mendadak pada tahun 2006 karena Cardiac Arrest, semacam serangan jantung. Ia meninggal pada usia 45 tahun. Seorang istri yang setia dan 2 orang anak hancur hati dan tidak dapat membendung kesedihan karena kepergiannya yang mendadak. Apa hubungannya dengan kutipan Stephen Levine? Karena 3 tahun sebelum ia meninggal, Richard Carlson menulis sebuah perenungan tentang kutipan Stephen Levine itu, yang kemudian diberikan pada istrinya untuk memperingati ulang tahun pernikahan mereka yang ke-18. Ia menulis bahwa, kalau Ia hanya punya satu jam untuk hidup, ia tak kan menelepon pengacaranya, atau konsultan keuangannya, bankirnya, pialang sahamnya, karena uang sudah tak ada artinya pada saat-saat seperti itu. Semua kekayaan yang telah ia dapatkan tak sebanding, dengan keluarga, yang telah dititipkan Tuhan kepadanya. Sebab itulah, dalam satu jam terakhir kehidupannya itu ia akan menelepon istrinya, dan mengatakan betapa ia mencintai dia, Kristine. Dan kalau ia dapat mengulangi hidup bersama dengan istrinya sekali lagi, maka ia akan menjalaninya dengan penuh semangat. Ia juga bersyukur buat anak-anak, yang Tuhan berikan kepadanya, yang mengajarkan kepadanya tentang kehidupan, mungkin jauh lebih banyak dari semua tulisannya di-bundle jadi satu. Richard mengatakan “God was kind enough to share Jazzy and Kenna (anak-anaknya) with us (Richard dan istrinya).”

3 tahun kemudian, ia meninggal. Mengapa saya menulis tentang Richard Carlson? Karena inilah orang, yang dalam ketenaran, kekayaan, kehebatan, dan kebesaran namanya, bisa dengan mudah menyadari, arti hidup yang sesungguhnya. Dan tahu untuk menjalani setiap detik hidupnya dengan rasa syukur dan sukacita, dengan sepenuhnya menghargai setiap anugerah yang telah diletakkan Tuhan di pangkuannya.

Ia orang yang berhasil, dalam arti yang utuh. Sementara ada banyak orang yang hidupnya hampir seabad, tapi tidak punya hati dan sikap, dan rasa syukur sebesar Richard Carlson untuk menjalani hidup ini. Mari, hargai hidup ini lebih lagi. Isilah setiap hari dengan cinta, kebaikan, dan kualitas. And...Don’t Sweat The Small Stuff. But Do The Big Stuff. Jangan perkarakan masalah-masalah kecil, tapi lakukan perkara-perkara besar! •@•

Winner before winning

Posted by Sarah Audrey Christie 20.20

Ini masalahnya dengan kemenangan. Kamu harus terlebih dahulu mempunyai sikapnya, sebelum benar-benar meraih kemenangannya. Albert Einstein mengatakan, “Kamu nggak akan bisa menyelesaikan masalah dengan kemampuan yang kamu miliki pada saat membuat masalah tersebut.” (Duh, aku sangat suka dengan kata-kata Einstein itu). Jadi artinya, kamu harus memiliki kekuatan dan kemampuan yang melampaui masalahmu. Sama dengan kemenangan. Kemenangan adalah keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah. Kamu harus memiliki sikap yang melampaui masalahmu, berarti kamu harus punya sikap pemenang sebelum benar-benar menjadi pemenang.

Begini ilustrasinya, anggap saja masalahmu adalah rivalmu dalam balap mobil Formula 1. Dia bergerak dengan kecepatan 200 km/ jam. Untuk menjadi pemenang, kamu harus bergerak melampaui dia, yang berarti kecepatan mobilmu harus lebih dari 200 km/ jam! Nah misalnya saja, dengan kecepatan 300 km/ jam, kamu akan melesat jauh melewati dia dan meraih kemenangan!

Itulah yang dimaksud oleh Einstein.

Dan ingat juga apa kata Tuhan, bahwa ia tidak akan mengijinkan masalah yang tidak dapat kamu tanggung. Jadi sepanjang Ia mengijinkan, maka Ia tahu, kalau kamu mampu mengalahkan masalah itu dan menjadi pemenang. Satu saja resepnya, milikilah sikap dan cara pandang seorang pemenang. Berjalanlah tegap. Berbesar hati. Jujur. Mengasih orang lain. Rendah hati. Dan terutama, TIDAK MENYERAH. Itulah sikap yang telah terbukti membuat banyak orang menjadi pemenang.

Quote of the week

Posted by Sarah Audrey Christie , Senin, Mei 12, 2008 05.34

Yesterday's the past, tomorrow's the future, but today is a gift. That's why it's called the present.

by Bill Keane [Comic Artist]

Kala Wanita Percaya

Posted by Sarah Audrey Christie , Rabu, Februari 13, 2008 20.53

Kala Wanita Percaya adalah judul buku yang aku tulis untuk para wanita Indonesia yang lagi berjuang untuk menggapai impian, untuk mereka yang lagi bertahan, atau bahkan yang lagi berada dalam tekanan. Buku ini merupakan rangkaian kisah nyata perjumpaan tiga orang wanita dengan Tuhan dan kuasaNya, yang telah menyelamatkan dan menuntun mereka pada perubahan dan kehidupan yang baru. Buku ini encourage kamu untuk nggak menyerah. Apapun yang terjadi. Apapun yang lagi kamu hadapi. Seperti apapun tertekannya kamu. Karena Tuhan juga nggak pernah give up on you.

Buku ini diterbitkan untuk semua wanita. Yang kaya, yang miskin, yang biasa-biasa, yang doyan browsing, yang nggak kenal internet, yang tinggal di ibu kota, yang berdiam di desa, yang berpendidikan tinggi, yang nggak terlalu tinggi, atau bahkan yang nggak makan sekolahan...., serta banyak lagi wanita dari berbagai kalangan yang ingin digapai oleh buku ini
.

Buku ini juga udah siap dibundle dengan harga yang nggak mahal, supaya semua wanita yang butuh kekuatan bisa memilikinya. Jadi tunggu terbitnya buku berjudul Kala Wanita Percaya. Diterbitkan oleh Penerbit Andi Offset. hadir Juni 2008, di toko-toko buku di seluruh Indonesia.

Beautiful Flower

Posted by Sarah Audrey Christie , Selasa, Februari 12, 2008 20.33

This is a song for every girl who's
Ever been through something she thought she couldn't make it through
I sing these words because
I was that girl too
Wanting something better than this
But who do I turn to

Now we're moving from the darkness into the light
This is the defining moment of our lives

'Cause you're beautiful like a flower
More valuable than a diamond
You are powerful like a fire
You can heal the world with your mind

There is nothing in the world that you cannot do
When you believe in you, who are beautiful
Yeah, you, who are brilliant
Yeah, you, who are powerful
Yeah, you, who are resilient

This is a song for every girl who
Feels like she is not special
'Cause she don't look like a supermodel Coke bottle
The next time the radio tells you to shake your moneymaker
[ Beautiful Flower lyrics found on http://www.completealbumlyrics.com ]
Shake your head and tell them, tell them you're a leader

Now we're moving from the darkness into the light
This is the defining moment of our lives

'Cause you're beautiful like a flower
More valuable than a diamond
You are powerful like a fire
You can heal the world with your mind

There is nothing in the world that you cannot do
When you believe in you, who are beautiful
Yeah, you, who are brilliant
Yeah, you, who are powerful
Yeah, you, who are resilient

Yeah, you, who are beautiful
Yeah, you, who are brilliant
Yeah, you, who are powerful
Yeah, you, who are resilient

Yeah, you, this song is for you
Yeah, you, this song is for you
Yeah, you, this song is for you
Yeah, you, yeah, you
You are brilliant

*India Arie bikin lagu ini khusus buat para gadis di Afrika yang sedang berjuang keluar dari penderitaan, kemiskinan, keterpurukan, kesedihan, kejatuhan, yang mungkin, jauh lebih parah dari yang kamu bayangkan tentang Afrika. India Arie membuat lagu ini, agar gadis-gadis di Afrika tetap kuat dan nggak menyerah, meskipun kelihatannya tekanan dan tantangan datang silih berganti. Bahkan hasil penjualan lagu ini akan disumbangkan untuk mendukung perbaikan kehidupan mereka. Jadi aku juga ingin mengajak kalian turut membeli CD lagu ini yang berjudul India Arie-Beautiful Flower, demi gadis-gadis Afrika, demi wanita di seluruh dunia. Teman, aku juga nggak begitu tahu bagaimana kondisi di sana, tapi aku percaya, kondisimu mungkin masih jauh lebih baik. Jadi, kalau para gadis di Afrika nggak berhenti berjuang, nggak ada alasan buat kita untuk berhenti juga kan?