Khawatir?

Posted by Sarah Audrey Christie , Senin, Agustus 25, 2008 03.44

Khawatir, khawatir… Siapa mau khawatir… Kalau dijual, khawatir mungkin jadi jualan paling laris di dunia. Penjualnya selalu pulang dengan tersenyum lebar. Dan keesokan hari, dia akan membawa lebih banyak lagi paket kekhawatiran untuk dijual pada Anda. Entah mengapa, kita selalu membelinya. Lalu kita terintimidasi olehnya, seperti kecanduan yang tak berakhir, sehingga akhirnya kita diperdaya oleh kekhawatiran kita sendiri. Lalu hari berikutnya, kita mendengar satu orang lagi melompat dari puncak gedung tinggi. Persis seperti rokok, kekhawatiran membunuh. Secara literal, dan mental.

Sebenarnya khawatir tidak selalu salah. Khawatir dapat berarti Anda menghormati Allah, karena Anda sadar bahwa Anda adalah manusia biasa yang tidak berdaya. Manusia yang kecil di hadapan Allah. Yang tidak selalu dapat mengatasi semua masalah dan menyelesaikan semua tantangan. Khawatir berarti, kita menyadari keterbatasan kita. Yang salah adalah, membeli kekhawatiran itu dan menyimpannya dalam pikiran kita. Yang kemudian mempengaruhi bagaimana Anda berpikir dan memutuskan sesuatu. Yang salah adalah, kalau kita tidak menyerahkan kekhawatiran kita kepada Tuhan. Yang salah adalah kalau kemudian kita dikendalikan olehnya bukan malah kita yang mengendalikannya. Yang benar seharusnya Anda mengendalikan kekhawatiran, menaklukkannya, lalu membuangnya ke tempat sampah, atau, menyerahkan ke dalam tangan Tuhan dan biar Ia yang membuangnya ke tempat sampah. Yang benar adalah, kalau si pedagang asongan yang licik itu mulai berteriak-teriak menjual sekeranjang penuh kekhawatiran yang ia bawa, Anda melewatinya. Nah yang lebih bagus lagi, adalah waktu melewati dia, Anda melemparinya dengan tomat sampai ia pulang dan tak berjualan lagi di hadapan Anda. Melemparinya dengan tomat? Ya, melawan kekhawatiran Anda dengan Firman! Ini contohnya:

Kalau Anda merasa semua tampak mustahil,
Tuhan bilang, tidak ada yang mustahil.
(Lukas 18:27)

Kalau Anda merasa Anda tidak dapat melakukannya,
Tuhan bilang, Anda bisa bersama Dia.
(Filipi 4:13)

Kalau Anda merasa Anda tidak memiliki kemampuan itu,
Tuhan bilang “Aku yang mampu.” (2 Korintus 9:8)

Kalau Anda merasa tidak ada yang mencintai Anda,
Tuhan bilang “Aku mencintai kamu.”
(Yohanes 3:16, 13:34)

Kalau Anda merasa terlalu lelah,
Tuhan bilang, Aku akan memberimu kelegaan.
(Matius 11:28-30)

Kalau Anda merasa Anda tidak cukup pintar,
Tuhan bilang, “Aku akan memberimu hikmat.”
(1 Korintus 1:30)

Kalau Anda merasa sendiri,
Tuhan bilang, “Aku tidak akan meninggalkan kamu atau melupakan kamu.”
(Ibrani 13:5)

Kalau Anda merasa tidak termaafkan,
Tuhan bilang, “Aku sudah mengampunimu.”
(1 Yohanes 1:9, Roma 8:1)

Nah, Anda mengerti kan sekarang? Jangan beli kekhawatiran dari si pedagang yang licik itu. Serang dia dengan Firman sampai dia benar-benar pergi dari kehidupan Anda. Dan tak kembali lagi selamanya.

Bible is not Bantal

Posted by Sarah Audrey Christie 03.27

Jadi begini ceritanya, sebelum Anda mulai bertanya-tanya ada apa antara bible dan bantal, ada penjelasan di baliknya. Mulai hari ini 'Women of Heaven' ingin menyajikan serial perenungan bertajuk 'Bible is...' atau 'Bible is not...'. Nah di 'Bible is/ is not' ini Bible/ Alkitab dibandingkan dengan segala sesuatu yang ada dalam kehidupan sehari-hari kita, baik itu tentang fungsi ataupun manfaatnya. Obrolan ini ringan-ringan saja, tapi bisa jadi bermanfaat untuk mengingatkan kealpaan manusia. Tujuannya agar dari perbandingan itu kita bisa belajar bagimana menerapkan dan memperlakukan Alkitab dalam kehidupan kita. Dan dari sana, kita dapat menyadari betapa pentingnya Alkitab, dan membaca Alkitab setiap saat, bagi kehidupan kita.

Kali ini, mari kita bahas hubungan yang sangat jauh sekali antara Bible dan Bantal. Meskipun diawali dengan huruf yang sama, tapi fungsinya jauh berbeda. Tetapi entah mengapa, mereka terkadang menjalankan profesi bersama. Yah maksudnya, ada juga orang yang enjoy menjadikan Bible sebagai bantal.... Untungnya tidak ada orang yang menjadikan bantal sebagai bible. Bisa gawat nanti. Bible/ Alkitab memang mendatangkan kedamaian, tapi bukan berarti bisa jadi alas tidur. Bisa juga mengembalikan kekuatan dan sukacita, tapi kalo cuma di letakkan di ujung rak buku sampai berdebu atau dibawah bantal (atau lebih parahnya, jadi bantal) untuk mendatangkan keberuntungan, rasa-rasanya peri gigi pun tak akan datang. (ingat kepercayaan meletakkan gigi yang copot di bawah bantal??)

Intinya, bible tidak akan berguna kalau tidak dibaca. Firman Allah memang berkuasa, tapi kitab yang menampungnya hanya akan menjadi buku biasa kalau Anda tidak membacanya. Jangan jadikan bible Anda alas tidur, maksudnya, jangan menjadikannya sesuatu yang tidak berharga dan melupakannya setiap kali Anda bangun dari tidur. Atau mungkin sekarang Alkitab Anda sedang meringkuk sendirian di pojok rak buku sambil berdebu... Ia menggigil kedinginan, sedih, karena Anda tidak pernah mengambilnya, membukanya, bahkan membaca Firman di dalamnya? Sampai-sampai ia minder karena setumpuk buku politik atau komik lebih populer di mata yang empunya? Ck ck ck....
Jika itu tengah terjadi saat ini, wahai saudara-saudari, bertobatlah. Karena hanya dengan membaca Firman, umatNya dipulihkan dan kuasa Allah dinyatakan. Hanya melalui FirmanNya, Anda dapat mengenal Dia lebih dalam dan mengetahui rencana-rencanaNya yang besar dalam hidup Anda. Tapi kalau Anda hanya menjadikannya bantal, untuk tidur di atasnya dan melupakan segera setelah bangun, hidup Anda pun akan seperti bantal, terlalu lunak dan lemah.

Jadi, lihatlah Alkitab Anda hari ini dengan pandangan yang penuh arti, serta ingatlah untuk membacanya, menurut kesadaran Anda sendiri, agar Anda diisi dengan Firman, bukan debu-debu jalanan. Sehingga Anda dipulihkan, dikuatkan, dan mendapat kemenangan.

Ada satu hal yang kita boleh belajar dari kita dan bantal. Kita selalu tidur di atas bantal, setiap hari, berjam-jam lamanya, tanpa terpaksa, tanpa dipaksa, bahkan terkadang kita merindukannya dengan sangat, sampai ingin memeluknya, mencium baunya, dan pergi tidur. Tidakkah Anda bisa merindukan Firman Allah lebih dari pada bantal?

Nenek Miskin yang Pintar.

Posted by Sarah Audrey Christie , Rabu, Agustus 20, 2008 06.33

Aku bertemu dengan seorang nenek pengemis yang sangat tua tadi pagi. Begitu tua hingga aku tak dapat menghitung berapa banyak garis kerutan di wajahnya. Ia jalan terbungkuk seakan tulang belakangnya sudah layu. Sekilas aku teringat sebuah iklan televisi. Lalu pikiranku kembali dari khayalan. Kembali kepada nenek tua itu. Sisi melankolisku tak tertahankan. Seperti bayi yang ingin keluar dari kandungan. Aku ingin memberikannya sedekah untuk kebahagiaan. Tapi ketika aku membuka pagar rumah tempat tinggalku demi menyampaikan niat baikku, ia menerobos masuk dan melalui badanku sambil berkata: "Aaah, mobil-mobilnya udah pada nggak ada semua ya..." sambil setengah melirik sedekah yang kuberikan. Astaga, nenek-nenek pun kalau mengemis pilih-pilih. Kalau yang bawa mobil pasti sedekahnya besar, begitu mungkin siasat nenek itu. Luar biasa, ilmu bisnis dan marketing memang mendunia. Pemikiran tentang target audience penting bagi nenek pengemis ini. Memilih orang yang tepat untuk dimintai uang. Mereka yang membawa mobil mendapat senyuman ramah dan mata memelas. Mereka yang berjalan kaki ia tak peduli. Uang seribu di tanganku langsung layu. Kehilangan semangat. Dan niat baik.

Anugerah itu Gratis!

Posted by Sarah Audrey Christie 01.31


"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti
perisai." Mazmur 5:13

Baru-baru ini seorang teman mengirim kepada saya email massal yang berbunyi kira-kira seperti ini: “Kirimkanlah ke 10 orang atau lebih dan sesuatu yang luar biasa akan terjadi dalam hidupmu.” Atau “Kirimkanlah ke 10 orang atau lebih dan kamu akan menerima berkat dari Tuhan.”

Entah mengapa, saya begitu jengkel menanggapinya. Pertanyaan yang berkecamuk dalam diri saya selalu, “Terus kalau kita tidak mengirimkan email ini ke 10 orang atau lebih, berarti kita tidak diberkati begitu?” Wah, bagaimana dengan orang-orang yang belum punya email? atau belum punya komputer malah? Bagaimana dengan mereka?

Selama beberapa waktu saya tidak dapat menemukan alasan mengapa saya begitu tidak setuju dengan aktivitas kirim-mengirim email ini. Masalahnya adalah, saya tidak suka. Tapi mengapa saya tidak suka. Saya tidak tahu. Persis seperti mengapa saya tidak suka cokelat batang dan burger. Saya tidak dapat mengatakan alasannya. Saya tidak dapat mengatakan “karena burger itu bundar” karena memang bukan itu alasannya. Saya hanya tidak dapat merasakan lezatnya daging berbalut roti bundar khas Amerika itu. Entah mengapa. Satu-satunya burger yang dapat saya nikmati adalah burger smoked beef Arbys, dan mereka telah pergi dari negeri ini. Terpangkas oleh persaingan pasar yang kejam.

Jadi masalah email itu. Hingga berminggu-minggu saya tidak dapat menemukan jawaban kegundahan saya. “Mengapa hal ini terasa begitu tidak benar?” Sampai suatu hari, saya membaca tentang Naaman, seorang panglima yang kustanya ditahirkan. Kisah lengkapnya ada di dalam 2 Raja Raja 5:1-19

Naaman adalah panglima Raja Aram yang terhormat dan disayangi, juga seorang pahlawan perang. Kalau di sini mungkin, ia adalah seorang Jenderal Sudirman. Sayangnya, Naaman yang terhormat ini sakit kusta. Penyakit yang sangat memalukan pada saat itu. Untungnya istri Naaman punya pelayan seorang gadis Israel yang memberitahu istrinya tentang Elisa, nabi Allah di Samaria yang diyakini dapat menyembuhkan tuannya.

Percaya dengan iman pelayannya dan karena putus harapan, Naaman berangkat ke negeri Samaria untuk menemui Elisa, sambil membawa persembahan berupa sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas, dan sepuluh potong pakaian. Saya lupa pastinya, tapi yang pasti, jika dikurskan ke masa kini, persembahan itu bernilai milyaran dolar.

Sesampainya di depan pintu rumah Elisa, tidak ada sambutan yang kehormatan terhadap pahlawan perang ini, padahal jauh-jauh ia sudah berkelana. Hanya seorang suruhan yang celingukan sambil mengeluarkan kepalanya dari balik pintu sambil mengatakan “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.”

Ingin marah, tapi juga ingin sembuh. Itulah isi hati Naaman. Untungnya, meski dilanda amarah karena merasa kehormatannya dinodai oleh Elisa, Naaman lebih ingin sembuh, sehingga ia memutuskan untuk menuruti nasihat yang aneh itu. Singkat cerita, ia sembuh dari penyakit kustanya dan dapat kembali tampil percaya diri di depan semua orang.

Merasa berhutang budi pada Elisa, Naaman kembali ke rumah Elisa demi mempersembahkan milyaran dolar yang dibawanya. Elisa menolak dan mengatakan “Demi Tuhan yang hidup, yang di hadapanNya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa.” Elisa, nabi Allah itu menolak mentah-mentah kekayaan yang dapat menjamin segenap kehidupannya. Mungkin kalau saja ia menerima persembahan Naaman, ia tak perlu lagi mengharapkan mujizat setiap hari. Makanan dan minuman pasti berlimpah. Dan beberapa milyar bisa dipakai untuk beli sawah (itu kalau di Indonesia) atau franchise restoran terkenal (kalau jaman sekarang). Tapi Elisa tidak menerimanya. Mengapa? Karena Tuhan sendiri ingin memastikan agar Naaman tahu bahwa kesembuhannya itu GRATIS. Tidak dapat dibayar oleh uang bermilyar-milyar sekalipun. Tidak dapat ditukar dengan kebaikan kita. Tidak dapat dibeli. Karena GRATIS!

Saya mulai mengerti mengapa hal kirim mengirim email massal itu terasa tidak benar. Karena seperti Naaman, dengan mengirim email sebanyak-banyaknya kita berusaha membeli berkat dan anugerah Tuhan dengan sejumlah kebaikan kita, sejumlah usaha, yang kita anggap halal. Kalau caranya seperti itu, Sorga adalah MLM mungkin. Besarnya berkat berdasarkan jumlah downline. Untung saja, Sorga tidak menganut paham Multi Level Marketing. Tidak. Jangan. Atau kita tidak akan pernah mencapai targetnya.

Anugerah Tuhan itu GRATIS! Anda tidak dapat membelinya. Bahkan berkat dan perlindunganNya sudah dilabel ‘tidak dijual’. Tulisan Charles Swindoll berikut ini, mungkin dapat menegaskan pengertian ini.

INJIL LAIN
oleh: Charles Swindoll

Galatia 1:6-7
“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.”

Adalah “Injil lain” yang mengatakan keselamatan itu tidak hanya bekerja karena iman saja. Tapi pencapaian manusia juga harus menyertai iman sebelum Anda boleh yakin bahwa Anda diselamatkan. Kita terus menerus mendengar injil ‘lain’ itu bergaung hingga hari ini dan ini adalah suatu kebohongan. (Catatan: Oprah dan ajaran New Age-nya termasuk dalam kebohongan ini. Mereka mengatakan keselamatan kita berasal dari kita sendiri. Sungguh sangat disesalkan pernyataan ini). Teologi yang mendasarkan keselamatan pada satu ons saja kebaikan dan usaha manusia bukanlah berita baik; Ini adalah informasi yang salah. Ini adalah ajaran yang sesat.

Keselamatan yang bermula dengan Tuhan menggapai umat manusia yang terhilang dan diwujudkan oleh kematian Kristus dan kebangkitanNya berakhir dengan segala pujian bagi Tuhan. Tetapi keselamatan yang melibatkan pencapaian manusia, kerja keras, upaya-upaya pribadi, bahkan niat-niat religius membengkokkan “kabar baik” itu karena jadinya manusia yang dimuliakan, bukan Tuhan. Masalahnya adalah, itu tampak ‘masuk akal’. Tapi lihatlah dua kali reaksi keras Paulus terhadap mereka yang memperkenalkan ajaran yang sesat itu, “Terkutuklah ia!” Terjemahan aslinya adalah Anathema! Ini merupakan satu kata paling kuat dalam bahasa Yunani yang dipakai untuk mengutuk atau menuduh seseorang.

Sayangnya, ajaran-ajaran sesat itu terus berjalan. Sebagian besar dari ajaran-ajaran itu adalah ajaran-ajaran yang mengatakan keselamatan dapat Anda peroleh melalui usaha manusia. Melalui hal-hal yang masuk akal, yang tidak mustahil untuk kita lakukan. Ajaran-ajaran itu mengatakan, jika Anda dapat berdiri cukup lama di ujung jalan dan mengajarkan kebenaran, jika Anda mau mengorbankan sebagian besar dari kehidupan Anda, kalau Anda mau dibaptis, kalau Anda mau menyumbangkan uang Anda, kalau Anda mau berdoa dan menghadiri pertemuan-pertemuan, maka perbuatan baik dan kerja keras Anda akan memnyebabkan Tuhan tersenyum kepada Anda (versi saya: membuat Tuhan merasa berhutang kepada Anda, dan membuatnya merasa Ia wajib membayarnya kembali.). Lebih hebat lagi, pada hari penghakiman ketika kebaikan Anda itu ditimbang beratnya dan dibandingkan dengan kecilnya keburukan Anda, maka Anda dinyatakan ‘layak’ mendapatkan kasih karuniaNya. Hasil dari semua ini, saya katakana lagi, adalah kemuliaan bagi manusia, karena kesannya Anda turut berusaha untuk mendapatkan keselamatan Anda.

Kasih Karunia mengatakan Anda tidak perlu memberikan apa-apa, tidak harus melakukan apa-apa, tidak harus membayar apa-apa. Anda tidak akan bisa sekalipun Anda mencoba! Keselamatan adalah pemberian yang gratis! Anda cukup berpegangan pada apa yang telah disediakan dan diajarkan Yesus. Titik. Meskipun, ajaran-ajaran yang tidak benar itu juga akan tetap berkeliaran di seluruh dunia dan akan selalu demikian. Ajaran itu begitu efektif karena harga diri manusia itu tinggi sekali. Kita selalu merasa harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu, atau untuk dibenarkan. Tidak masuk akal dan kesannya tidak sopan saja kalau kita mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dengan cuma-cuma.

Ijinkanlah saya untuk bersikap tegas terhadap Anda. Berhentilah mentoleransi ajaran-ajaran sesat itu! Itu hanyalah legalisasi tindakan Anda. Sadarlah bahwa itu hanya akan membuat Anda terjebak dalam suatu ikatan yang tak pernah berakhir. Injil yang benar tentang ‘anugerah’, di lain pihak, akan membebaskan Anda. Bebas selamanya.

Dari buku: The Grace Awakening – The Freedom of Grace oleh Charles Swindoll

Benar-benar sebuah pernyataan yang sangat kuat! Saya bahkan menyarankan Anda untuk membeli buku Charles Swindoll yang berjudul the Grace Awakening ini, sehingga kita tidak lagi salah paham tentang anugerah Allah. Karena mengirimkan email-email massal yang menjamin pertambahan berkat itu menunjukkan kurangnya pemahaman kita tentang ‘anugerah’, yang sekali lagi, sama sekali tidak menganut paham Multi Level Marketing.

Lalu apa yang harus Anda lakukan? Pertanyaan yang tepat. Yang bisa Anda lakukan adalah bersyukur, dan setia kepada apa yang telah Ia berikan kepada kita, kasih, anugerah, kepercayaan, kebaikan, perlindungan, kuasa, pilihan, hidup, waktu, tubuh, kepandaian, pengetahuan, hikmat. Setia, dan berjanjilah, untuk menjalani semuanya demi kemuliaan nama Tuhan. Bukan demi Anda sendiri.

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Matius 6:33

Tidak Ada Orang Jahat.

Posted by Sarah Audrey Christie , Selasa, Agustus 19, 2008 21.52

Tidak ada orang jahat. Itulah yang selalu saya katakan pada diri saya sendiri. Yang ada adalah orang yang mementingkan kepentingannya sendiri. Sehingga sebagai hasilnya, ia merugikan atau menyakiti orang lain. Kebanyakan orang yang telah menyakiti orang lain mengatakan “Saya tidak bermaksud demikian”, atau “Saya tidak tahu kalau itu telah menyakiti kamu, maafkan saya”. Mereka tidak tahu. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan keras-keras “Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Karena ‘mereka’ memang tidak tahu.

Saya telah mempelajari manusia dan tindakannya selama saya bisa mengamati diri saya sendiri dan orang lain, dan inilah yang saya temukan. Manusia akan merugikan orang lain tepat saat ia menempatkan kepentingannya di atas kepentingan orang lain. Ketika kita menyelamatkan kepentingan kita sendiri, tanpa sadar kita sudah merugikan orang lain. Percayalah. Anda boleh mencoba. Meskipun saya tidak menyarankannya.

Baru-baru ini saya dirugikan orang lain. Hal ini membuat saya sangat marah terlebih karena mereka tidak menyadari bahwa mereka telah merugikan saya. Tapi cukup lama setelah saya kesulitan untuk mengontrol kemarahan saya (saya benar-benar marah saat itu, saya harus mengakuinya), tiba-tiba Tuhan mengingatkan saya akan hal ini.

Pendeta Timotius Arifin selalu mengatakan, JOY (sukacita) akan datang dengan sendirinya jika urutan prioritas kita benar, yaitu Jesus, Others, You. Yesus yang pertama, orang lain yang kedua, dan diri sendiri yang terakhir. Pastikan diri Anda selalu berada di urutan terakhir, atau anda akan mengubah JOY menjadi JYO, OYJ atau YOJ. dan percayalah, itu tidak berarti ‘sukacita’.

Saya suka memberi saran.
Pertama, saran saya, sebelum melakukan sesuatu yang membela kepentingan Anda, pikirkanlah, apakah Anda akan merugikan orang lain atau tidak dengan tindakan Anda itu. Mungkin jika Anda tahu Anda akan merugikan orang lain, Anda dapat mencegah hal itu terjadi.

Kedua, jika yang sebaliknya terjadi, Anda yang dirugikan atau disakiti oleh orang lain, ingatlah satu dua hal ini: Orang itu tidak bermaksud menyakiti Anda, dia melakukannya tanpa sadar. Dan katakan, “Bapa, Ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Ini sangat membantu untuk meredakan amarah.

Setelah saya kesulitan menahan amarah dan hampir-hampir kehilangan kontrol diri saya, saya tiba-tiba reda setelah Tuhan mengingatkan hal ini kepada saya. Yang tersisa hanyalah perasaan konyol atas kemarahan yang tidak perlu yang telah menguasai saya berjam-jam sebelumnya, dan membuat saya merugikan diri saya sendiri. (Ya, kemarahan yang berlarut-larut adalah hal yang Anda lakukan sendiri dan merugikan diri sendiri, jadi menghindarinya mungkin akan menjadi pilihan yang mendatangkan sukacita... Itu berarti saran ketiga ya?).

Review Buku "KALA WANITA PERCAYA" Dari Seorang Teman

Posted by Sarah Audrey Christie , Minggu, Agustus 10, 2008 20.06


Ini sebuah review menarik tentang "Kala Wanita Percaya" dari seorang teman yang sangat saya kagumi:

Perjalanan hidup seseorang menurut saya adalah selalu menarik untuk disimak. Kita cuman bisa menjalani satu versi timeline kehidupan, dan dengan waktu yang berjalan kian cepat, belajar dari hidup yang kita alami sendiri kadang terasa begitu menguras waktu tersebut. Ini sebabnya saya selalu tertarik untuk belajar dari cerita hidup orang lain untuk paling tidak, bisa sedikit menambah dari sedikitnya hal2 yang harus saya alami sendiri.

Di lain pihak, mengungkapkan sebuah cerita hidup sendiri juga bukan merupakan sebuah hal yang mudah, apalagi jika cerita itu sedemikian berlikunya. Bercerita tentang kehidupan berantakan yang dialami adalah sebuah hal yang berat. Mengeluarkannya dari kepala dan mengubahnya menjadi tulisan adalah perjuangan, dan menerima reaksi dari pengeluaran itu, bahkan bila itu berupa hal positif seperti dorongan inspiratif, atau sekedar tepuk ringan di punggung, akan terasa begitu menyesakkan dada karena haru dan kadang membuat sumber air dimata tidak dapat menahan daya gravitasi alam.

Buku ini tentu saja bercerita tentang itu semua. Tentang 12 tahun perjuangan Audrey berjuang di tengah konflik keluarganya. Bagaimana Audrey dalam usia belasan tahun menjadi saksi dimulainya konflik ini, harus tetap menjalani masa2 remaja dengan penuh penolakan, berjuang menghadapi kehilangan sang Oma, satu dari dua wanita berpengaruh dalam hidupnya, harus terus menghadapi kerasnya sang Papa dalam segala hal, bahkan dalam satu fase terpenting dalam perkembangan sang anak, yaitu pendidikannya, dan tentu saja saat harus mengikuti roller coaster menyesakkan bersama wanita terdekatnya saat ini, sang Mama.

Audrey menyajikan semua hal itu dengan jalinan sentral dari hubungan 3 wanita beda generasi di keluarganya, Audrey, sang Mama, dan Omanya. Bagaimana perjuangan Oma untuk mendidik dengan cara memberi contoh langsung kepada kedua generasi wanita dibawahnya, sang anak dan cucunya ini untuk tak berhenti berjuang dan percaya, di tengah segala keruwetan yang dipicu oleh sang Papa, dan diwarnai dengan kondisi Oma sendiri yang telah berumur, juga kondisi Mama dengan begitu banyak penyakit dalam yang menderanya.

Namun serangkaian tanda kekuasaan sang Pencipta telah mampu membuat Audrey dan sang Mama tetap bertahan dan terus bangkit, yang pada akhirnya semua itu membuat kehidupan Audrey dan keluarganya semakin membaik. Dan 12 tahun dalam ombang ambing kerasnya kehidupan tentulah menjadi sebuah cerita hidup yang sungguh mampu memberikan banyak pelajaran dan mengangkat motivasi banyak orang yang mau membaca dan mendengarkannya. Audrey juga mampu menyajikan ceritanya dengan sederhana namun tetap bermakna dalam. 140 halaman buku kecil adalah ukuran yang reliable untuk masyarakat di sebuah negara dengan minat baca yang tidak terlalu tinggi. Ukurang tersebut juga sangat memungkinkan untuk dibaca berulang2 sesuai dengan pesannya sebagai sebuah cerita inspiratif bagi pembacanya.

So.
Audrey are my dearest friend...,
dan oleh sebab itulah meskipun fakta bahwa Audrey menulis sebuah buku bernafaskan keTuhanan Kristiani sesuai keyakinannnya tidaklah menghalagi saya untuk beli (yes..., aku beli loh..:P) dan baca bukunya..
dan saya begitu bangga dengan temen saya yang satu ini sekaligus ngiri karena dah bisa buat buku sementara saya cuman bisa ngereview doang..^_^
dan saya juga pengen minta maaf dengan tulus kalo saya pernah "berani-beraninya" ngasih nasehat yang mungkin gak mengena..
apa yang saya alami sepanjang hidup tidaklah sampe secuil dari apa yang kamu alami, so how dare me lecturing you how to live...
keep up the good work and the good life sis, dan buku berikutnya tak tungguin yah..~__^

Taken from:
http://zzet.multiply.com/reviews/item/46