Mencintai Tuhan.

Posted by Sarah Audrey Christie , Rabu, September 03, 2008 22.47

Hari-hari ini saya dipaksa untuk bertanya pada diri sendiri, mengapa seseorang yang awalnya begitu mencintai Tuhan, bisa dengan mudah luntur cintanya. Agar Anda mendapat gambaran yang jelas, tanda-tanda cinta yang luntur itu adalah karakter yang berubah, dari seorang yang begitu rendah hati menjadi seorang yang meng-aku-i diri sendiri. Dari seseorang yang mengutamakan Tuhan dalam segala sesuatu menjadi orang yang menomorduakan Tuhan. Dari seorang yang militan dalam Tuhan menjadi seorang yang bersikap seolah-olah Ia tak memiliki tempat dalam kehidupan. Saya bertanya-tanya. Saya sungguh bertanya-tanya.

Jawaban pertama yang Tuhan taruh dalam hati saya adalah, seperti semua orang bisa jatuh ke dalam selokan yang jelas-jelas ada di pinggir jalan, begitu pula semua orang bisa luntur cintanya kepada Tuhan. Semua orang. Jadi jangan terlalu lama heran melihat kemunduran orang lain, tapi berjaga-jagalah, agar kita tidak ikut-ikutan luntur-cinta terhadap Tuhan. Karena seperti halnya cinta itu menular, luntur-cinta terhadap Tuhan juga menular. Saya pribadi sangat takut jika saya sampai luntur-cinta terhadap Tuhan. Lebih takut daripada Tuhan luntur-cinta terhadap saya. Karena itu kemungkinannya kecil sekali, atau malah tidak mungkin terjadi. Tapi ketika kita luntur-cinta terhadap Tuhan, dalam sekejap, semua karakter yang telah dibangun Tuhan dengan sangat hati-hati bagai membangun sebuah menara kartu yang indah, runtuh dalam satu malam. Percayalah saya sedang melihat hal itu terjadi di sekitar saya. Orang-orang yang hebat itu, yang penuh urapan itu, runtuh, rata dengan tanah. Memang ada tanda-tanda. Fondasi yang mulai goyah, hati yang mulai enggan berjumpa dengan Tuhan, keakuan yang semakin kuat. Tapi jika Anda tidak melihat tanda-tanda itu dan melakukan sesuatu, keruntuhannya akan berlangsung seketika, tidak bertahap, tidak satu persatu, tapi seketika. Persis seperti waktu Tuhan mengangkat penyertaanNya dari Raja Saul. Berdoalah. Waspadalah. Luntur-cinta dapat menyerang siapapun. Virus ganas itu menanti di balik pintu keakuan Anda.

Jawaban kedua yang sangat kuat dalam hati saya adalah sebuah kalimat yang menyingkapkan pengertian, “Butuh iman untuk mencintai seseorang yang tidak dapat kamu lihat.”

Ya! Butuh iman untuk mencintai Tuhan. Mencintai manusia tidak membutuhkan iman. Mencintai sesama hanya butuh saling percaya, saling mendukung, saling peduli, dan saling-saling yang lain. Sementara mencintai lawan jenis, membutuhkan hasrat. Tetapi, mencintai Tuhan, membutuhkan iman.

Charles Swindoll dalam bukunya “ESTER” mengatakan bahwa Tuhan adalah ‘Yang Tak Kelihatan, tapi Yang Tak Terkalahkan’
Butuh iman untuk mempercayai bahwa ‘Pribadi’ yang tidak dapat kita lihat ini sangat mengasihi kita dan sedang melakukan yang terbaik untuk kita. Butuh iman. Iman. Iman. Saya harus mengulangi lagi, IMAN. Karena ketika iman itu hilang, Anda hanya melihat diri Anda sendiri. Saul memulai kesalahannya juga dari kehilangan imannya kepada Tuhan. Lalu Ia melihat diri sendiri; melihat keunggulannya dan menjadi tinggi hati, melihat kelemahannya dan merasa terancam. Anda tahu kelanjutannya. Roh Tuhan meninggalkan Saul. Ia ‘runtuh’.

Iman diterjemahkan sebagai ‘kepercayaan yang sempurna’ kepada Tuhan. Tetapi iman lebih tepat didefinisikan sebagai ‘penyerahan diri yang sempurna’. Anda tidak dapat percaya dengan sempurna kalau Anda tidak menyerahkan diri Anda secara sempurna kepada seseorang. Jadi kalau Anda mencintai Dia dengan penyerahan diri yang sempurna, niscaya, Anda tidak akan pernah luntur-cinta terhadap Tuhan. Sebab dalam penyerahan yang sempurna, Anda juga menyertakan ke-aku-an, kekhawatiran, harga diri, cita-cita, rencana, bahkan hidup Anda, ke dalam tanganNya. Jadi percayalah, jangan kawatir Tuhan tidak lagi mencintai Anda, karena Ia akan selalu mencintai Anda, tapi kawatirlah kalau Anda tidak lagi mencintai Tuhan, karena itu lebih mungkin terjadi, dan itu lebih menyeramkan. Ya, kejatuhan karakter. Itu sangat menyeramkan. •@•