Telah Terbit: "KALA WANITA PERCAYA"

Posted by Sarah Audrey Christie , Senin, Juni 30, 2008 21.10


Apa yang terjadi jika seorang wanita benar-benar percaya?

Wanita dianugerahi Tuhan dengan potensi mujizat yang sangat besar -kekuatan yang mulia- sebuah potensi di mana melalui wanita-wanita, mujizat Allah terjadi dengan limpah. Masalahnya sekarang, wanita tak mudah menyadari -apalagi mempercayai- potensi tersebut karena keras kehidupan yang dialaminya. Seringkali tantangan dan tekanan membuat kita lebih percaya pada keterbatasan, daripada keajaiban. Tapi buku ini menceritakan sebaliknya. Bagaimana Tuhan mengajar 3 wanita -dari 3 jaman yang berbeda- untuk mempercayai Dia, bahwa Dia berkuasa dan kuasanya tak lekang oleh waktu dan peristiwa, bahwa sejak dulu, sekarang, hingga selamanya Ia tetap berkuasa melakukan apa yang tidak mampu dilakukan manusia. Dia berkuasa dan mujizatNya tetap nyata, meskipun dunia tidak menerima kita. Dan ketika kita benar-benar percaya, mujizat itu pasti terjadi dengan sendirinya!

Temukan dalam buku ini kisah nyata bagaimana mujizat-mujizat itu terjadi. Bagaimana Oma yang telah berusia 80-an tahun sembuh dari patah tulang siku tanpa disentuh pisau bedah, bagaimana Mama yang bahkan sempat divonis mati karena 7 macam penyakit sekaligus, sembuh total secara luar biasa. Bagaimana Sarah, yang dipersulit uang kuliah oleh sang Papa akhirnya lulus dengan nilai tugas akhir terbaik. Bagaimana sebuah kehancuran berubah menjadi kemuliaan, hanya karena kita percaya.

Semoga buku ini dapat memberkati Anda dan keluarga. Dan semoga semua wanita kembali mengenali potensi mujizat yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya.

Kalau Anda sedang tertekan, buku ini dapat membantu Anda menemukan kebebasan.

Kalau Anda sedang kurang percaya, buku ini dapat menuntun Anda untuk kembali menemukan iman.

Kalau Anda sedang putus asa, buku ini dapat membantu Anda untuk bangkit lagi.

Kalau Anda adalah seorang wanita, buku ini mengerti pergumulan Anda, dan dapat membantu Anda menemukan kembali impian-impian Anda yang terhilang, serta tidak melepasnya lagi.

Harga : Rp 24.000

Dapat dibeli di toko-toko buku pada umumnya.

Atau untuk pesan langsung (bebas biaya kirim) hubungi:
artfreax@yahoo.co.id atau YM: audrey_christie_aw@yahoo.com atau 0817334077

Impian Martin

Posted by Sarah Audrey Christie , Selasa, Juni 24, 2008 01.25

Impian, benar-benar sebuah media penyambung antara apa yang belum kita lihat dan apa yang ada di depan mata. Mimpi bergerak bersama-sama dengan iman. Mimpi membuat kita bertahan. Impian masa depan menambah kekuatan iman. Iman memampukan kita bertahan, meski terkadang, apa yang kita lihat, yang berlabel ‘kenyataan’, sungguh masih jauh dari apa yang kita lihat dalam hati dan pikiran. Tetapi impian juga telah membuat satu orang, bersama Tuhan, memutuskan untuk melakukan perubahan. Perubahan yang dulu cuma sekedar harapan tak terucapkan, kini ia selipkan dalam sebuah pidato pada kaum yang dipimpinnya. Impian itu sangat besar, begitu besarnya hingga hampir mustahil untuk dilakukan. Tapi toh, ia tak berhenti bermimpi, hingga akhirnya ia harus mati untuk membela impiannya. Orang itu adalah Martin Luther King Jr., dan ini adalah sepenggal pidatonya yang terkenal, I Have A Dream (Aku punya sebuah impian):

“…Kukatakan hari ini, sahabat-sahabatku, bahwa meskipun kita menghadapi berbagai kesulitan hari ini dan esok, aku masih punya impian. Ini adalah sebuah impian yang telah berakar dalam impian Amerika.

Aku punya sebuah impian bahwa suatu hari bangsa ini akan bangkit dan menghidupi makna sesungguhnya dari pernyataan: “Kami memegang kebenaran-kebenaran ini agar jelas bahwa semua manusia diciptakan sama.”

Aku punya sebuah impian bahwa suatu hari nanti di atas bukit merah Georgia, anak-anak dari mantan budak dan anak-anak dari mantan pemilik budak-budak akan bisa duduk bersama pada meja persaudaraan.

Aku punya sebuah impian bahwa suatu hari nanti bahkan Negara bagian Mississippi, Negara yang mendidih dengan panasnya ketidakadilan dan tirani, akan bertransformasi menjadi oasis kemerdekaan dan keadilan.

Aku punya sebuah impian bahwa empat anak-anakku akan suatu hari nanti hidup dalam suatu bangsa di mana mereka tidak akan dinilai berdasarkan warna kulit tapi oleh kualitas karakternya.

Aku punya sebuah impian hari ini.

Aku punya sebuah impian bahwa suatu hari ini, di Alabama sana, dengan sifat rasisnya yang kejam, dengan gubernurnya yang biasa dengan interposisi dan pembatalan undang-undang, suatu hari nanti tepat di Alabama, anak-anak kulit hitam perempuan dan laki-laki akan bergandengan tangan dengan anak-anak kulit putih laki-laki dan perempuan seperti layaknya saudara.

Aku punya sebuah impian hari ini.

Aku punya sebuah impian bahwa suatu hari nanti setiap lembah akan ditinggikan, setiap gunung akan ditundukkan, tanah yang bergelombang akan diratakan, yang berliku diluruskan, dan kemuliaan Tuhan akan dinyatakan, dan semua yang hidup akan menyaksikannya bersama.”

Impiannya, hari ini, telah menjadi kenyataan.

Terkadang Anda berhenti bermimpi, karena Anda tak percaya, atau karena Anda terlalu lelah untuk mempercayainya. Tapi ketahuilah, jarang ada impian yang tidak menjadi kenyataan kalau ia benar-benar dipelihara dengan iman dan perbuatan. Ya, ada perjuangan, ada pengorbanan, ada kesusahan, ada kesedihan, ada tangisan, ada keragu-raguan, ada kesendirian, ada keputusasaan yang harus kita tempuh dalam perjalanan menuju impian-impian kita, tapi kalau impian itu cukup besar, cukup mulia, cukup menakjubkan, maka impian itu cukup
berharga untuk dipertahankan, karena seperti kata Martin Luther King Jr., suatu hari nanti, dreams do come true.

"Jalankan terus gerakan ini. Gulirkan terus gerakan ini. Terlepas dari semua kesulitan yang harus dihadapi, dan kita akan menghadapi kesulitan lain lagi. Datanglah terus. Bergeraklah terus. Jika engkau tak bisa terbang, berlarilah. Jika engkau tak bisa berlari, berjalanlah. Jika tak mampu berjalan, merangkaklah. Yang penting, dengan segala cara, teruslah bergerak."

Richard Carlson

Posted by Sarah Audrey Christie , Minggu, Juni 15, 2008 20.31

Stephen Levine, penulis terkenal, pernah menulis sebuah kutipan yang akhirnya menjadi populer:
“Kalau Anda mempunyai satu jam untuk hidup dan hanya dapat membuat satu panggilan telepon, siapa yang akan Anda telepon, apa yang akan Anda katakan, dan mengapa Anda menunggu saat seperti itu untuk mengatakannya?”

Richard Carlson, penulis seri terlaris “Don’t Sweat The Small Stuff” itu, tanpa kita ketahui, telah meninggal secara mendadak pada tahun 2006 karena Cardiac Arrest, semacam serangan jantung. Ia meninggal pada usia 45 tahun. Seorang istri yang setia dan 2 orang anak hancur hati dan tidak dapat membendung kesedihan karena kepergiannya yang mendadak. Apa hubungannya dengan kutipan Stephen Levine? Karena 3 tahun sebelum ia meninggal, Richard Carlson menulis sebuah perenungan tentang kutipan Stephen Levine itu, yang kemudian diberikan pada istrinya untuk memperingati ulang tahun pernikahan mereka yang ke-18. Ia menulis bahwa, kalau Ia hanya punya satu jam untuk hidup, ia tak kan menelepon pengacaranya, atau konsultan keuangannya, bankirnya, pialang sahamnya, karena uang sudah tak ada artinya pada saat-saat seperti itu. Semua kekayaan yang telah ia dapatkan tak sebanding, dengan keluarga, yang telah dititipkan Tuhan kepadanya. Sebab itulah, dalam satu jam terakhir kehidupannya itu ia akan menelepon istrinya, dan mengatakan betapa ia mencintai dia, Kristine. Dan kalau ia dapat mengulangi hidup bersama dengan istrinya sekali lagi, maka ia akan menjalaninya dengan penuh semangat. Ia juga bersyukur buat anak-anak, yang Tuhan berikan kepadanya, yang mengajarkan kepadanya tentang kehidupan, mungkin jauh lebih banyak dari semua tulisannya di-bundle jadi satu. Richard mengatakan “God was kind enough to share Jazzy and Kenna (anak-anaknya) with us (Richard dan istrinya).”

3 tahun kemudian, ia meninggal. Mengapa saya menulis tentang Richard Carlson? Karena inilah orang, yang dalam ketenaran, kekayaan, kehebatan, dan kebesaran namanya, bisa dengan mudah menyadari, arti hidup yang sesungguhnya. Dan tahu untuk menjalani setiap detik hidupnya dengan rasa syukur dan sukacita, dengan sepenuhnya menghargai setiap anugerah yang telah diletakkan Tuhan di pangkuannya.

Ia orang yang berhasil, dalam arti yang utuh. Sementara ada banyak orang yang hidupnya hampir seabad, tapi tidak punya hati dan sikap, dan rasa syukur sebesar Richard Carlson untuk menjalani hidup ini. Mari, hargai hidup ini lebih lagi. Isilah setiap hari dengan cinta, kebaikan, dan kualitas. And...Don’t Sweat The Small Stuff. But Do The Big Stuff. Jangan perkarakan masalah-masalah kecil, tapi lakukan perkara-perkara besar! •@•

Winner before winning

Posted by Sarah Audrey Christie 20.20

Ini masalahnya dengan kemenangan. Kamu harus terlebih dahulu mempunyai sikapnya, sebelum benar-benar meraih kemenangannya. Albert Einstein mengatakan, “Kamu nggak akan bisa menyelesaikan masalah dengan kemampuan yang kamu miliki pada saat membuat masalah tersebut.” (Duh, aku sangat suka dengan kata-kata Einstein itu). Jadi artinya, kamu harus memiliki kekuatan dan kemampuan yang melampaui masalahmu. Sama dengan kemenangan. Kemenangan adalah keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah. Kamu harus memiliki sikap yang melampaui masalahmu, berarti kamu harus punya sikap pemenang sebelum benar-benar menjadi pemenang.

Begini ilustrasinya, anggap saja masalahmu adalah rivalmu dalam balap mobil Formula 1. Dia bergerak dengan kecepatan 200 km/ jam. Untuk menjadi pemenang, kamu harus bergerak melampaui dia, yang berarti kecepatan mobilmu harus lebih dari 200 km/ jam! Nah misalnya saja, dengan kecepatan 300 km/ jam, kamu akan melesat jauh melewati dia dan meraih kemenangan!

Itulah yang dimaksud oleh Einstein.

Dan ingat juga apa kata Tuhan, bahwa ia tidak akan mengijinkan masalah yang tidak dapat kamu tanggung. Jadi sepanjang Ia mengijinkan, maka Ia tahu, kalau kamu mampu mengalahkan masalah itu dan menjadi pemenang. Satu saja resepnya, milikilah sikap dan cara pandang seorang pemenang. Berjalanlah tegap. Berbesar hati. Jujur. Mengasih orang lain. Rendah hati. Dan terutama, TIDAK MENYERAH. Itulah sikap yang telah terbukti membuat banyak orang menjadi pemenang.